translate

Soal Kode Bandara Kuala Namu

Senin, 10 Agustus 2009

Sebentar lagi atau kira-kira tahun 2010, paling lama, Sumatera Utara akan punya bandara baru. Namanya Bandara Internasional Kuala Namu. Bandara ini akan menggantikan Bandara Polonia Medan yang saat ini dinilai tidak strategis lagi dan telah berusia lebih dari 70 tahun. Bandara Kuala Namu berlokasi di bekas areal perkebunan PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa dan terletak Desa Beringin, Kecamatan Beringin, Kabupaten Deli Serdang. Bandara Kuala Namu

diharapkan dapat menjadi bandara pangkalan transit internasional untuk kawasan Sumatra dan sekitarnya dan akan menjadi bandara terbesar kedua di Indonesia setelah Bandara Soekarno-Hatta.

Pemindahan bandara ke Kuala Namu sebenarnya telah direncanakan sejak tahun 1991. Dalam kunjungan kerja ke Medan, Azwar Anas, Menteri Perhubungan saat itu, berkata bahwa demi keselamatan penerbangan, bandara akan dipindah ke luar kota.Persiapan demi pembangunan bandara ini diawali pada tahun 1997, namun krisis moneter yang dimulai pada tahun yang sama kemudian memaksa rencana pembangunan ditunda. Sejak saat itu kabar mengenai bandara ini jarang terdengar lagi, hingga muncul momentum baru saat terjadi kecelakaan pesawat Mandala Airlines pada September 2005 yang jatuh sesaat setelah lepas landas dari Polonia.

Kecelakaan yang merenggut nyawa Gubernur Sumatra Utara Tengku Rizal Nurdin tersebut juga menyebabkan beberapa warga yang tinggal di sekitar wilayah bandara meninggal dunia akibat letak bandara yang terlalu dekat dengan pemukiman. Hal ini menyebabkan munculnya kembali seruan agar bandara udara di Medan segera dipindahkan ke tempat yang lebih sesuai.Selain itu, kapasitas Polonia yang telah lebih batasnya juga merupakan faktor direncanakannya pemindahan bandara.

Recana pembangunan yang tertunda selama bertahun-tahun ditambahi dengan masalah pembebasan lahan yang belum terselesaikan. Hingga Juni 2006, baru 1.650 hektar lahan yang telah tidak bermasalah (telah diselesaikan sejak 1994), sementara lahan yang dihuni 71 kepala keluarga lainnya masih sedang dinegosiasikan, namun pada November 2006 dilaporkan bahwa Angkasa Pura II telah menyelesaikan seluruh pembebasan lahan.

Pembangunannya direncanakan akan dilaksanakan sepanjang tiga tahap. Tahap I dimulai pada 29 Juni 2006 dan selesai pada tahun 2009 atau paling lambat 2010. Tahap ini dibangun sendiri oleh pemerintah dengan PT. Angkasa Pura II, dengan pembagian berupa sisi darat (misalnya terminal, areal parkir) dibangun Angkasa Pura sementara sisi udara dibangun Direktorat Jenderal Udara dari Departemen Perhubungan. Dana untuk pembangunan Tahap I terdiri dari Rp. 1,3 triliun dari Angkasa Pura dan dana pinjaman sebesar Rp. 2,3 triliun sehingga jumlahnya adalah Rp. 3,6 triliun.

Prasarana awal berupa pemagaran panel beton, rehabilitasi jalan, dan pembuatan pos jaga senilai Rp 6 miliar dilakukan dari November 2006 hingga Februari 2007. Pada akhir November 2006 juga diumumkan pemenang tender untuk tim perancang bandara. Dari 18 peserta, tujuh telah melewati proses prakualifikasi dan akan bersaing hingga dipilih tiga peserta terbaik, yang jumlahnya selanjutnya diciutkan lagi menjadi satu. PT. Wiratman & Associates kemudian terpilih sebagai pemenang tender perancangan bandara pada Januari 2007.[6] Setelah itu, pemenang diberi waktu delapan bulan untuk merancang bandara (hingga Agustus 2007). Setelah proses ini selesai, tender pembangunan bandara yang diperkirakan akan berlangsung selama dua bulan akan dilaksanakan. Jika sesuai jadwal, maka pembangunan sisi darat akan dimulai pada November 2007 dan diselesaikan dalam dua tahun. Tahap II yang direncanakan dibangun bersama oleh pemerintah dan investor, akan dimulai tahun 2010.

Menyaksikan sudah semakin dekatnya proses selesainya Bandara Kuala Namu ini, perlu juga dipikirkan masalah kode bandara atau airport code yang dimiliki oleh setiap bandara. Hasil penulusuran dari World Airport Code (http://www.world-airport-codes.com) terlihat bahwa kode bandara dengan singkatan Kuala Namu yakni KNM sudah dimiliki oleh Bandara Kaniama, Zaire. Ini akan menjadi masalah, walau kecil, karena mempersiapkan kode bandara ini sangat penting bagi dunia penerbangan.

Kebingungan pernah terjadi ketika Bandara Internasional Minangkabau, Kabupaten Pariaman, Sumatera Barat selesai dibangun. Pihak pengelola bandara terpaksa memindahkan kode airport Tabing yang mempunyai kode PDG ke Bandara Internasional Minangkabau. Padahal, bandara ini lebih cocok jika diberi kode MNG. Namun, karena kode MNG sudah dipakai oleh Bandara Maningrida di Australia, terpaksa kode bandara PDG dipertahankan. Walaupun, kini, Bandara Internasional Minangkabau tidak berlokasi di Kota Padang.

Hal yang sama tentu akan terjadi dengan Bandara Kuala Namu. Kode Bandara Polonia Medan yang selama ini digunakan yakni MES, kemungkinan terpaksa dipindahkan ke Bandara Kuala Namu. Beberapa alternatif kode bandara yang bisa dilihat di World Airport Code seperti KUA telah dimiliki oleh Bandara Kuantan di Malaysia. Begitu juga dengan kode KLN telah dimiliki oleh Bandara Larsen SPB di Amerika Serikat. Kode lainnya yang mungkin cocok adalah KLU namun juga sudah dimiliki oleh Bandara Alpe Adria di Austria.

Persoalan kode bandara ini memang, seperti yang telah disebut diatas, bukanlah masalah besar. Namun, ini lebih pada persoalan menghargai sebuah wilayah atau entitas yang dijadikan sebagai tempat berlabuhnya maskapai-maskapai penerbangan. Nanti, mungkin saja suatu saat akan muncul “gugatan” mengapa Bandara Internasional Kuala Namu yang berada di Deli Serdang tetap dinamai dengan kode MES. Siapa tahu?
SUMBER : WWW.BLOGGERSUMUT.NET

0 komentar:

Posting Komentar